Prestasi Indonesia dalam hal kependudukan adalah menjadi urutan nomor
empat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar. Besar bukan
artian kualitas tapi dalam artian kuantitas yang dimiliki. Jumlah
penduduk Indonesia yang lebih dari dua ratus juta orang lebih menjadi
permasalahan jika dilihat dari sudut pandang perekonomian dan daya
saing. Masalah yang terbentuk dari jumlah penduduk yang besar ini adalah
kemiskinan dan pegangguran yang merupakan masalah klasik dalam ekonomi
makro.
Jika kita lihat data yang bersumber dari BPS ( Bada Pusat Statistik )
dan Kementerian Kesejahteraan Rakyat maka diperoleh data dimana lebih
dari 10 persen penduduk Indonesia atauh 29,89 juta jiwa masih berada
dibawah garis kemiskinan. Kemiskinan tersebar dari desa sampai ibu kota.
Masyarakat miskin menjadi tanggungan pemerintah dan kita bersama tentu
dengan mengeluarkan mereka dari kemiskinan.
Sebenarnya apa yang menyebabkan kemiskinan tersebut. Sudahkah
pemerintah dengan sekuat tenaga mengentaskan kemiskinan itu sendiri
dengan sungguh – sungguh. Kita harus bertanya pada diri kita.
Pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi. Data ILO ( International
Labour Organization) disebutkan penganggur dengan usia dari 15 – 24
tahun mencapai 74,8 juta jiwa untuk Indonesia sendiri. 46,6 persen atau
55,7 juta angkatan kerja adalah dari kalangan yang hanya berpendidikan
sekolah dasar (Kompas, 25/1).
Pengangguran menjadi masalah tatkala mampu menjadi penghalang dalam
misi dan visi bangsa dalam membentuk masyarakat yang makmur dan
sejahtera. Alih – alih mau sejahtera dan makmur akibat dari pengangguran
itu sendiri maka masyarakat yang tidak punya pekerjaan jelas tak ada
penghasilan akhirnya kemiskinan yang menimpa mereka.
Dunia dalam masa menenemukan jati diri mereka masing – masing. Era
globalisasi seperti saat ini berlangsung menjadi bukti. Apakah mampu
menjadikan bangsa dan negara melalui sumber daya manusianya ataukah
tidak. Mampukah mengelola manusia yang begitu banyak dengan sumber daya
alam yang melimpah seperti yang Indonesia miliki ataukah hanya kegagalan
semata dalam pengelolaannya.
Jika kita lihat China dengan jumlah penduduk yang cukup besar didunia dan menguruti peringkat pertama jumlah penduduk yang terbesar maka kita harus sedikit belajar dari mereka. Jumlah penduduk mereka mampu menyebar keseluruh dunia. Dengan jumlah penduduk sebegitu banyak bukan berarti China gagal mensejahterakan rakyatnya karena pada tahun 2016 menurut IMF China akan mampu melampaui perekonomian Amerika Serikat.
Bagaimana dengan Indonesia jika kita lihat dari sudut pandang
kualitas tenaga kerjanya. Data BPS untuk pengangguran terbuka masih
cukup tinggi dan masih di dominasi oleh lulusan sekolah dasar. Apa yang
harus diperhatikan disini sebagai pembelajaran. Pendidikanlah yang harus
mengambil peran disini. Pendidikan adalah ranah untuk menjadikan sumber
daya manusia Indonesia unggul dan berkualitas secara keahlian dan
karakter. Anggaran pendidikan yang 20 persen dari APBN haruslah
dimanfaatkan dengan baik.
Pendidikan harus dijalankan dengan sebuah system yang humanis dalam
artian harus menyentuh untuk semua kalangan. Perguruan tinggi jangan
sampai hanya berfokus kepada anak – anak yang mampu saja. Kurangnya
motivasi untuk melanjutkan kuliah pada saat ini dikarenakan adalah
masalah dana. Padahal kita tahu banyaknya program beasiswa yang
diberikan baik dari pemerintah sendiri maupun swasta diperguruan tinggi.
Menjadi masalah ketika beasiswa tersebut tidak tepat sasaran. Banyak
golongan yang mampu berlagak tidak mampu dengan memalsukan status orang
tua mereka. Pegawai negeri bilangnya anak tidak mampu dan uangnya untuk
berfoya - foya. Ini menjadi masalah serta kurangnya informasi sendiri
kepada kaum – kaum minoritas yang termarginalkan ini. Harus ada langkah
yang baik agar pendidikan tinggi dapat dijangkau oleh semua pihak.
System jemput bola akan lebih baik dilakukan dengan system jalur khusus bagi anak – anak kurang mampu tapi berprestasi dan cerdas. Mendatangi kesekolah langsung karena kita tahu guru dan sekolah lebih tahu mana murid atau siswa mereka yang perlu diberikan beasiswa. Diharapkan dengan hal tersebut akan menjadikan pendidikan merata dan tidak ada lagi penyelewengan anggaran beasiswa dikarenakan salah sasaran.
Melalui pendidikan dan kualitas yang dikembangkan dari sekolah akan
mampu menegluarkan mereka dari kemiskinan. Pendidikan adalah basis
kemajuan dari seluruh bangsa. Dengan pendidikan pula martabat bangsa ini
dapat kembali tentu pendidikan yang bermartabat, bermoral dan
berspiritual. Pengentasan kemiskinan hanya dapat ditingkatkan apabila
sumber daya manusia kita didik dengan baik bukan hanya dikasih uang buat
hidup.
Sumber : http://www.smactf.sch.id/index.php